Apa itu Rabies, Penyakit yang Menewaskan anak di NTT
Sosial media di hebohkan dengan berita tentang seorang anak bernama M, yang berusia 8 tahun dan tinggal di Kampung Wangkung, Desa Poco Ri’i, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang telah meninggal dunia akibat gigitan anjing yang terinfeksi rabies.
Mengenal Apa itu Rabies
Hallo Sobat Warta! Selamat datang kali ini yang akan membahas tentang penyakit yang cukup serius dan berbahaya, yaitu rabies, juga dikenal sebagai penyakit anjing gila, merupakan infeksi virus yang menyerang sistem saraf pusat dan dapat menular ke manusia. Penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang umumnya ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, rakun, rubah, dan kelelawar. Virus ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan dan mulai menyebar ke sistem saraf pusat melalui saraf tepi.
Penanganan dan Pencegahan Rabies
Penanganan dan pencegahan rabies sangat penting untuk melindungi diri sendiri dan masyarakat. Berikut ini beberapa langkah yang dapat diambil:
Vaksinasi Hewan Peliharaan: Vaksinasi merupakan langkah utama dalam mencegah penyebaran rabies. Pastikan hewan peliharaan Anda mendapatkan vaksinasi rabies secara teratur. Jika hewan peliharaan Anda belum divaksinasi, segera konsultasikan dengan dokter hewan untuk mendapatkan jadwal vaksinasi yang tepat.
Pengendalian Populasi Hewan Liar: Hewan liar seperti anjing liar dan kelelawar merupakan pembawa potensial virus rabies. Upaya pengendalian populasi hewan liar, seperti sterilisasi dan kampanye adopsi hewan peliharaan, dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit ini.
Pencegahan Kontak dengan Hewan Liar: Hindari kontak langsung dengan hewan liar yang berpotensi terinfeksi rabies. Jangan mencoba untuk menangani atau mendekati hewan-hewan tersebut tanpa pengawasan dan perlindungan yang cukup.
Pencucian Luka: Jika tergigit oleh hewan yang dicurigai terinfeksi rabies, segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit. Hal ini dapat membantu mengurangi jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh.
Konsultasikan dengan Dokter: Jika Anda dicurigai terkena gigitan hewan yang mungkin terinfeksi rabies, segera hubungi petugas kesehatan dan berikan informasi lengkap mengenai gigitan tersebut. Mereka akan memberikan tindakan medis yang diperlukan, seperti pemberian vaksin rabies dan imunoglobulin rabies.
Perhatikan Kesehatan Hewan Peliharaan: Selain vaksinasi, penting untuk memperhatikan kesehatan hewan peliharaan Anda secara keseluruhan. Berikan makanan yang sehat, air bersih, dan perhatikan tanda-tanda penyakit. Jika ada perubahan perilaku atau gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter hewan.
Kenapa Kalau Rabies Takut Air
Ada kesalahpahaman umum bahwa penyakit rabies membuat penderitanya takut terhadap air. Namun, sebenarnya takut air atau “hidrofobia” bukanlah gejala yang umum terjadi pada semua penderita rabies. Hidrofobia biasanya terjadi pada sekitar 50% kasus rabies, tetapi tidak selalu muncul pada setiap individu yang terinfeksi.
Hidrofobia pada rabies mengacu pada ketakutan atau kesulitan saat menelan atau melihat air. Ini disebabkan oleh kelumpuhan otot tenggorokan dan kerusakan sistem saraf yang terjadi akibat infeksi virus rabies. Gejala ini dapat menyebabkan kesulitan dalam menelan, rasa tercekik saat air atau cairan masuk ke dalam mulut, dan reaksi panik saat melihat air.
Namun, penting untuk dicatat bahwa takut air atau hidrofobia bukanlah gejala spesifik yang hanya terjadi pada rabies. Hal ini juga dapat terjadi pada kondisi medis lain seperti penyakit parkinson, meningitis, dan kondisi neurologis lainnya. Oleh karena itu, jika seseorang mengalami takut air, bukan berarti dia secara otomatis terinfeksi rabies.
Gejala Rabies
Gejala rabies pada manusia dapat bervariasi dan biasanya muncul dalam dua fase: fase prodromal dan fase akut.
1. Fase Prodromal
– Gejala awal muncul dalam waktu sekitar 2 hingga 3 bulan setelah terinfeksi virus rabies.
– Pada fase ini, gejalanya mirip dengan flu atau penyakit ringan lainnya.
– Gejala yang umum terjadi adalah demam, malaise (kelelahan dan kelemahan), nyeri otot dan sendi, sakit kepala, dan mual.
– Beberapa orang juga mengalami gejala seperti gatal-gatal atau kesemutan di daerah sekitar luka gigitan.
2. Fase Akut
– Setelah fase prodromal, gejala rabies akan berkembang menjadi lebih parah dan mengancam nyawa.
– Gejala ini mencerminkan kerusakan yang signifikan pada sistem saraf.
– Gejala umum yang muncul termasuk:
– Kesulitan bernapas atau rasa sesak napas.
– Nyeri atau kesemutan di sekitar luka gigitan.
– Gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur yang sangat dalam.
– Kecemasan dan ketakutan yang berlebihan.
– Gangguan pada sistem saraf, seperti kejang-kejang, kebingungan, halusinasi, dan agitasi.
– Hiperaktif atau kejang otot yang tidak terkontrol.
– Kelumpuhan atau kelemahan pada sebagian tubuh.
– Kesulitan menelan air atau merasa takut terhadap air (hidrofobia).
– Gangguan mental dan perilaku yang ekstrem.
Gejala-gejala ini akan terus memburuk seiring dengan perkembangan infeksi virus rabies dalam tubuh. Tanpa pengobatan yang tepat, rabies dapat berakhir dengan kematian dalam waktu 7 hingga 10 hari setelah munculnya gejala akut.
Penting untuk diingat bahwa gejala rabies tidak selalu sama pada setiap individu, dan gejalanya dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti jenis virus rabies yang menginfeksi dan respons imun individu terhadap infeksi.
Apakah Rabies Bisa Di obati ?
Rabies merupakan penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian, terutama jika virus telah menginfeksi otak. Oleh karena itu, penanganan penyakit ini harus dilakukan dengan cepat, bahkan sebelum gejala muncul.
Pengobatan yang diberikan pada penderita rabies tergantung pada kategori luka yang dimiliki, yaitu:
1. Kategori luka dengan risiko rendah: Pada kasus ini, luka harus dibersihkan secara menyeluruh dengan cairan desinfektan.
2. Kategori luka dengan risiko sedang: Pembersihan luka dilakukan dengan mencuci luka dan memberikan vaksin rabies.
3. Kategori luka dengan risiko tinggi: Pada kasus ini, selain mencuci luka, juga diberikan vaksin rabies dan serum antirabies.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengobatan Rabies
Pembersihan luka dilakukan dengan mencuci luka bekas gigitan atau cakaran hewan yang dicurigai terinfeksi rabies menggunakan sabun antiseptik dan air selama 15 menit. Setelah itu, luka tersebut harus diberikan povidine iodine. Jika perlu, dokter akan memberikan serum antirabies secara langsung ke luka tersebut.
Serum antirabies, juga dikenal sebagai human rabies immune globulin (HRIG), diberikan kepada pasien yang belum pernah menerima vaksin rabies dan memiliki luka dengan kategori risiko tinggi. Serum antirabies juga diberikan kepada pasien yang memiliki kondisi seperti memiliki lebih dari satu gigitan, tergigit pada area yang memiliki banyak saraf seperti kepala, leher, atau tangan, memiliki daya tahan tubuh yang lemah, atau tergigit oleh hewan yang terkonfirmasi terinfeksi rabies. Serum antirabies diberikan bersamaan dengan dosis pertama vaksin rabies untuk memberikan perlindungan kepada pasien sebelum antibodi dari vaksin rabies terbentuk.
Vaksin rabies mengandung virus rabies yang dilemahkan. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi yang dapat membunuh virus rabies. Idealnya, vaksin rabies diberikan sebagai tindakan pencegahan terutama kepada individu yang berisiko tinggi terpapar virus rabies.
Namun, selain sebagai tindakan pencegahan, vaksin rabies juga diberikan kepada orang yang baru saja digigit atau dicakar oleh hewan yang berpotensi membawa virus rabies. Hal ini dikenal sebagai post-exposure prophylaxis (PEP).
Vaksin rabies sebagai PEP diberikan kepada pasien yang diduga terinfeksi virus rabies dengan kategori luka risiko sedang dan tinggi. Dosis vaksin disesuaikan dengan kondisi pasien, apakah ia sudah pernah menerima vaksin rabies sebelumnya atau belum.
Bagi pasien yang belum pernah mendapatkan vaksin rabies, dokter akan memberikan empat dosis vaksin dengan rincian sebagai berikut: dosis pertama diberikan segera setelah digigit, diikuti dengan suntikan serum antirabies untuk membantu sistem kekebalan tubuh mel
awan infeksi; dosis kedua diberikan pada hari ke-3 setelah digigit; dosis ketiga diberikan pada hari ke-7 setelah digigit; dosis keempat diberikan antara hari ke-14 hingga ke-28 setelah digigit.
Sementara bagi pasien yang sudah pernah menerima vaksin rabies sebelumnya, dokter akan memberikan dua dosis vaksin dengan rincian sebagai berikut: dosis pertama diberikan secepat mungkin setelah digigit; dosis kedua diberikan 3 hari setelah digigit hewan.
Penting untuk segera mencari perawatan medis saat terjadi gigitan hewan yang dicurigai terinfeksi rabies, karena pengobatan dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Dikutip dari Alo Dokter : https://www.alodokter.com