Apa itu Stunting? Pahami Pengertian dan Penyebabnya
Stunting menjadi salah satu isu serius dalam kesehatan anak di Indonesia. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan stunting? Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian stunting, penyebabnya, serta pentingnya penanganan stunting untuk generasi masa depan yang sehat dan berkualitas.
Menurut laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemkes), stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang mencukupi dalam waktu yang lama. Akibatnya, pertumbuhan anak terganggu sehingga tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dibandingkan dengan standar usianya.
Meskipun kondisi tubuh anak yang pendek sering kali dianggap sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sebenarnya faktor genetika memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain, stunting sebenarnya dapat dicegah. Namun, seringkali masalah-masalah non-kesehatan menjadi akar dari stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, dan degradasi lingkungan. Karena itu, Menkes menekankan pentingnya peran semua sektor dan tatanan masyarakat dalam menjaga kesehatan..
Dalam upaya mencegah stunting, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
1. Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan baik dari segi jumlah maupun kualitas gizi, serta kecenderungan pola makan yang tidak beragam. Penting untuk memperkenalkan dan mengamalkan konsep “Isi Piringku” dengan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, dianjurkan untuk meningkatkan asupan sumber protein sehat, selain tetap mengonsumsi buah dan sayur. Dalam satu hidangan, setengah piring diisi dengan sayuran dan buah-buahan, sementara setengahnya lagi diisi dengan sumber protein, baik nabati maupun hewani, dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat..
2. Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi oleh perilaku yang meliputi pola asuh yang kurang optimal dalam memberikan makanan kepada bayi dan balita. Hal ini dimulai dari memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi kepada remaja sebagai calon anggota keluarga, kemudian calon ibu perlu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan serta memberikan stimulasi pada janin., serta melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak empat kali.
Melahirkan di fasilitas kesehatan, melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), dan memberikan ASI (air susu ibu) yang merupakan colostrum pada bayi sangatlah penting. Hanya berikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI masih dapat diberikan hingga usia 2 tahun, namun harus disertai dengan makanan pendamping ASI. Jangan lupa untuk memantau tumbuh kembang anak dengan membawa mereka ke Posyandu setiap bulan.
Selain itu, penting juga untuk memberikan imunisasi kepada anak agar mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya. Pemerintah telah menyediakan imunisasi secara gratis di Posyandu atau Puskesmas.
3. Sanitasi dan Akses Air Bersih
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk sanitasi dan air bersih, meningkatkan risiko anak terkena penyakit infeksi. Oleh karena itu, perlu mendorong kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menghindari buang air besar sembarangan.
Pola asuh dan kondisi gizi anak sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua, khususnya seorang ibu, dalam mengatur kesehatan dan gizi keluarga. Oleh karena itu, edukasi diperlukan agar perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan gizi ibu dan anak dapat berubah.
Kesimpulan
Dalam rangka mencegah stunting, diperlukan upaya bersama antara keluarga, pemerintah, masyarakat, dan sektor terkait. Dengan meningkatkan pemahaman mengenai faktor-faktor yang memengaruhi stunting dan mengimplementasikan langkah-langkah yang tepat, diharapkan stunting dapat dicegah dan generasi penerus bangsa Indonesia dapat tumbuh dengan sehat dan berkualitas.